Dalam Islam memang tidak dikenal proses pacaran seperti apa
yang dipahami kebanyakan remaja islam sekarang. Proses pacaran seringkali lebih
banyak membawa mudharat daripada manfaat, bahkan seringkali membawa kepada
perbuatan yang dilarang dalam agama,. Melihat kecenderungan aktifitas pasangan
muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran
itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta
sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di
suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting
dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.
Semua bentuk aktifitas itu cenderung bukanlah sebuah
aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama
sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan
tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan
seterusnya.
Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan
sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak
terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.
Pacaran Bukanlah Penjajakan/Perkenalan
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk
saling melakukan penjajagan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua
calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak
adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan
dalam sebuah persiapan pernikahan.
Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan
panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda
Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,"Wanita
itu dinikahi karena 4 hal: [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya
dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat." (HR.
Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa' fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha' Bab
Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)
Selain empat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika
seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang
tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah
ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.
Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta'aruf. Jauh
lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan
pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja.
Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum
dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam
berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.
Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap
saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam
keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah
tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka
akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat
pacaran.
Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus
menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran
bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.
Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama
berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan
terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam
hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.
Etika Ta'aruf
Dalam melakukan penjajagan yang syar`i, ada beberapa
ketentuan yang
harus dipatuhi antara lain:
Tidak Berduaan (Khalwat)
Khalwat adalah bersendirian dengan seorang perempuan lain
(ajnabiyah).
Yang dimaksud perempuan lain, yaitu: bukan isteri, bukan
salah satu
kerabat yang haram dikawin untuk selama-lamanya, seperti
ibu, saudara,
bibi dan sebagainya.
Ini bukan berarti menghilangkan kepercayaan kedua belah
pihak atau salah satunya, tetapi demi menjaga kedua insan tersebut dari
perasaan-perasaan yang tidak baik yang biasa bergelora dalam hati ketika
bertemunya dua jenis itu, tanpa ada orang ketiganya. Dalam hal ini Rasulullah
bersabda sebagai berikut:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama
mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad)
"Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu
menyendiri dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya."
Tidak Melihat Jenis Lain dengan Bersyahwat
Di antara sesuatu yang diharamkan Islam dalam hubungannya
dengan masalah gharizah, yaitu pandangan seorang laki-laki kepada perempuan dan
seorang perempuan memandang laki-laki. Mata adalah kuncinya hati, dan pandangan
adalah jalan yang membawa fitnah dan sampai kepada perbuatan zina.
Katakanlah kepada orang-orang mu'min laki-laki,
"Hendaklah mereka itu
menundukkan sebagian pandangannya dan menjaga
kemaluannya" (an-Nur: 30-31)
Menundukkan Pandangan
Yang dimaksud menundukkan pandangan itu bukan berarti
memejamkan mata dan menundukkan kepala ke tanah. Bukan ini yang dimaksud dan
ini satu hal yang tidak mungkin. Hal ini sama dengan menundukkan suara seperti
yang disebutkan dalam al-Quran dan tundukkanlah sebagian suaramu (Luqman: 19).
Di sini tidak berarti kita harus membungkam mulut sehingga
tidak berbicara. Tetapi apa yang dimaksud menundukkan pandangan, yaitu: menjaga
pandangan, tidak dilepaskan begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan
perempuan-perempuan atau laki-laki yang beraksi.
Pandangan yang terpelihara, apabila memandang kepada jenis
lain tidak mengamat-amati kecantikannya dan tidak lama menoleh kepadanya serta
tidak melekatkan pandangannya kepada yang dilihatnya itu.
Oleh karena itu pesan Rasulullah kepada Ali r.a:
"Hai Ali! Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti
pandangan
lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun
yang
berikutnya tidak boleh." (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan
Tarmizi)
Rasulullah s.a.w. menganggap pandangan liar dan menjurus
kepada lain jenis, sebagai suatu perbuatan zina mata. Sabda beliau: "Dua
mata itu bisa berzina, dan zinanya ialah melihat." (Riwayat Bukhari)
Hindari Berhias Yang Berlebihan (Tabarruj)
Tabarruj ini mempunyai bentuk dan corak yang bermacam-macam
yang sudah dikenal oleh orang-orang banyak sejak zaman dahulu sampai sekarang.
Ahli-ahli tafsir dalam menafsirkan ayat yang mengatakan:
"Dan tinggallah kamu (hai isteri-isteri Nabi) di
rumah-rumah kamu dan jangan kamu menampak-nampakkan perhiasanmu seperti orang
jahiliah dahulu." (QS Ahzab: 33)
Dalam Teknisnya, tidak harus selalu dengan langkah formal,
resmi atau rotokoler. Bisa juga dengan cara yang tersamar yang tidak bisa
dengan mudah ditafsirkan dengan mudah oleh pihak wanita sebagai bentuk
penjajagan. Sebab bila sejak awal seorang wanita sadar bahwa dirinya sedang
dijajagi, bisa jadi dia malah nervous, salah tingkah atau mungkin malah
bertindak yang tidak-tidak. Maka bisa saja dilakukan secara pergaulan yang
alami dan normal.
Selain itu bisa juga menggunakan utusan orang yang bisa
dipercaya. Dan yang lebih utama adalah utusan yang berfungsi sekaligus sebagai
konselor dalam urusan pernikahan. Sosoknya adalah orang yang sudah
berpengalaman mendalam dalam urusan keluarga, sehingga apa yang
diinformasikannya bukan semta-mata bahan mentah, melainkan dilengkapi dengan
analisa yang sudah siap dijadikan bahan pertimbangan oleh anda.
Jadi, sekali lagi tidak ada PDKT yang islami terlebih
pacaran yang Islami, untuk itu menjaga kesucian diri dengan segera menikah,
tetapi apakah kita tidak boleh menyintai? Boleh-boleh saja karena cinta tidak
bisa di larang datangnya di hati kita dan yan terpenting adalah mengelola hati
agar cinta itu tidak ternoda dengan pacaran, Okey.....lalu bagaimana jika ada Myqers
yang berta'aruf langsung via chat, Pripat Message, atau Email untuk menjalin
hubungan serius? Nah inilah yang sekarang sedang marak di myquran.org.semoga
ALLAH memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin
oleh : Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)
#KaReNa KiTa KeLuArGa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar