Senin, 15 April 2013

#13 Pojok Hadits Malu Sebagian dari Iman



"Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata,
"Rasulullah SAW lewat di hadapan seorang Ansar yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu. Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Biarkan dia! Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman."
(Bukhari-Muslim)

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. : Nabi Saw. Pernah bersabda ;
“Iman meliputi lebih dari enam puluh cabang atau bagian. Dan Al haya’ (rasa malu) adalah sebuah cabang dari iman.”

Kandungan Hadits:
Diantara pelajaran hadits yang bisa kita ambil dari hadits di atas adalah sebagai berikut:
1. Kaum muslimin hendaknya selalu memiliki semangat untuk menasehati saudaranya, mengingatkannya dengan penuh kasih sayang, dan tidak berdiam diri dari kesalahan;
2. Salah satu sifat Rasulullah adalah meluruskan ketika ada kekeliruan yang beliau ketahui, dan membetulkan kesalahan yang beliau dapati. Sehingga ketika Rasulullah diam terhadap sesuatu yang diketahui beliau, maka itu berarti taqrir (persetujuan) dari beliau;
3. Hendaklah seorang muslim memiliki rasa malu dan menjaga sifat itu tetap ada pada dirinya;
4. Malu adalah sebagian dari iman.

^_^
Semangat Karena Allah... :)

                                           #KaReNa KiTa KeLuArGa

Jumat, 12 April 2013

Marahalah Dakwah



Marhalah dakwah terdiri dari tabligh, ta’lim, takwin, dan tanfidz. Pada setiap tahapan ini terdapat amalud dakwah (aktivitas dakwah) dan ahdafud dakwah (tujuan dakwah). Pada marhalah tabligh (penyampaian umum) dan ta’lim (pengajaran) aktivitas dakwahnya adalah merubah dari kebodohan kepada ma’rifah (pengenalan) sedangkan tujuannya adalah menyampaikan ilmu dan memperbaiki ilmu. Marhalah takwin mempunyai aktivitas merubah ma’rifah kepada fikrah dan merubah fikrah kepada harakah, sedangkan tujuan adalah memperbaiki fikrah dan melatih amal. Pada marhalah tandzim, aktivitas dakwahnya adalah merubah harakah kepada hasil sedangkan tujuannya adalah menyatukan shaf, mengkoordinasikan amal dan pengawasan kegiatan. Pada marhalah tanfidz aktivitas dakwah adalah merubah hasil kepada tujuan (mardhatillah) adapun tujuannya adalah mobilisasi amal.

Marhalah tabligh dan ta’lim

Amal dakwah pada marhalah tabligh dan ta’lim adalah merubah jahalah (jahiliyah/bodoh) kepada ma’rifah. Marhalah ini adalah marhalah yang terbuka dengan penyampaian terbuka dan bahan yang sifatnya umum. Mereka yang hadir dalam marhalah ini adalah mereka yang berada pada level umum. Contoh tabligh adalah aktivitas dakwah di masjid (ceramah, khutbah, tazkirah), di kampus (seminar, kuliah, daurah) sedangkan ta’lim adalah marhalah setelah tabligh. Mereka yang berminat dengan dakwah dan Islam diajak kepada marhalah ta’lim. Bentuk pengajian umum dapat dikatakan marhalah ta’lim dimana kita mendapatkan ilmu melalui pengajaran yang dijadwal dan terlaksana secara tertib. Usaha-usaha dakwah tabligh dan ta’lim ini dengan sifat yang umum, peserta umum, dan tujuan umum, maka aktivitas ini bersifat merubah ketidaktahuan kepada pengetahuan (ma’rifah). Di dalam menjalankan amal dakwah demikian banyak aktivitas yang dilakukan seperti media, brosur, kaset, video, games, training, rihlah, dan sebagainya.

Seiring dengan amal dakwah yang dilakukan di marhalah ini maka tujuan dan dakwahnya adalah memberi ilmu dan memperbaiki ilmu. Bagi peserta yang tidak mempunyai ilmu maka dengan keikutsertaannya di dalam marhalah tabligh dan ta’lim ini akan menambah ilmu sedangkan bagi yang sudah berilmu akan mendapatkan perbaikan ilmunya atau menambah ilmu. Diskusi dan pembahasan adalah bagian dari aktivitas marhalah ini sehingga mencapai kebutuhan akal atau kognitif individu seperti ilmu.

Marhalah takwin

Pribadi yang sudah menyadari pentingnya ilmu sehingga dirinya selalu hadir dalam pengajian yang terus menerus dan tertib disamping juga mulai tumbuh semangat beramal pada dirinya, maka mereka ditingkatkan kepada marhalah takwin.

Marhalah takwin dimulai dengan merubah ma’rifah yang telah dicapai pada marhalah sebelumnya kepada fikrah. Ma’rifah hanya mengenal saja tetapi belum mempunyai kesadaran dan pemahaman yang baik. Kesadaran dan pemahaman yang dapat membentuk amal adalah fikrah. Banyak muslim yang mempunyai ilmu tetapi tidak ada fikrah sehingga amal dan usahanya tidak jelas dan tidak teratur, begitupun dengan sikap dan tingkah lakunya terkadang menyimpang, ia pun mudah terpengaruh oleh ghazwul fikri sehingga muncul beberapa pribadi yang tidak komitmen dan tidak konsisten. Usaha merubah ma’rifah kepada fikrah dilakukan dengan membedah realitas yang berlaku dan merujuk kepada nilai Islam dari Al Qur’an dan As Sunnah.

Aktivitas berikutnya adalah merubah fikrah kepada harakah. Fikrah tidak cukup dimiliki seseorang apabila tidak diamalkan dan diwujudkan dalam harakah. Fikrah harus dibuktikan di dalam amalnya. Merubah fikrah kepada harakah adalah melatih peserta ke dalam amal (pribadi) dan membimbingnya untuk merasakan amal harakah yang dilakukan secara terpadu bersama-sama atau berkelompok atau berorganisasi. Jadi selain diberi peluang kepada peserta untuk beramal juga diberi latihan-latihan yang dapat merasakan realitas dan aplikasi fikrah yang sebenarnya dalam harakah. Misalnya kita hanya memahami bahwa dakwah itu wajib dan orang yang berdakwah maka dia akan dibantu oleh Allah, hanya dengan dakwah Islam bisa tegak. Fikrah demikian perlu dirasakan dengan amal di dalam harakah. Latihan yang diberikan dan juga peluang yang disediakan akan mengarahkan peserta kepada harakah dengan kaidah-kaidah yang telah dicontohkan Nabi SAW seperti pelaksanaan tarbiyah para sahabat di rumah Arqom bin Abi Arqom.

#KaReNa KiTa KeLuArGa

Kamis, 11 April 2013

Jangan Menjadi Pribadi Yang Manja



Seorang tukang kebun mencoba mengadakan penelitian sederhana. Ia menanam 2 tanaman yang sama pada lahan yang sama. 
Yang membedakan hanya bagaimana cara dia merawat tanaman tsb. Tanaman yang pertama disirami secara rutin tiap pagi sore, sedangkan tanaman yang kedua disirami 2 hari sekali. Ketika tanaman itu bertumbuh cukup besar, tiba waktunya untuk menguji kekuatan akar tsb. Perbedaannya cukup mencolok; Dibutuhkan waktu kurang dari 2 menit untuk mencabut akar dari tanaman yang pertama. Untuk tanaman yang kedua, dibutuhkan waktu lebih lama yaitu empat menit untuk bisa mencabutnya!
Mengapa hal itu bisa terjadi?

Tanaman yang pertama cukup dimanjakan dengan air yang ia dapat dengan mudah, sehingga akarnya tidak berusaha mencari ke tanah yang lebih dalam. Sedang tanaman yang kedua karena mendapat suplai air yang lebih sedikit, maka mau tidak mau akarnya mencari ke sumber air, sehingga di dapatinya akarnya jauh lebih kuat karena masuk lebih dalam ke tanah.

Mari kita renungkan:

Cara Allah mendidik kita tak jauh beda dengan ilustrasi tsb. Bayangkan saja jika Allah memanjakan kita dengan mengabulkan semua doa yang kita minta atau tidak pernah mengijinkan penderitaan dan masalah hidup.  Tentu ini akan membuat kita jadi orang yang manja. Tak hanya itu, kita akan menjadi orang yang cengeng. Akibatnya akar iman kita tidak kuat dan ketika permasalahan terjadi, dengan mudahnya kehidupan kita tumbang!

Allah  sangat mengasihi kita, itu sebabnya DIA selalu mendewasakan dan melatih akar iman kita. Mengijinkan penderitaan, masalah, tekanan hidup atau keadaan yang tidak menyenangkan, dengan harapan bahwa akar iman kita terus mencari "Sumber" yang sejati. Apakah Anda memilih untuk menjadi orang yang manja dengan akar yang rapuh? atau menjadi orang yang di dewasa kan oleh Allah ?

semoga menjadi pribadi yang lebih baik lagi ^___^



Minggu, 07 April 2013

"Mengapa harus Memilih untuk TERBUKA sedangkan yang TERTUTP jauh lebih baik"



Jilbabku, Kebanggaanku

Mari sejenak kita renungkan jawaban atas pertanyaan diatas. Jawaban anti dan muslimah lain mungkin bervariasi, ditentukan oleh niat yang terselip dalam hati saat mengenakan kain penutup aurat itu. Cukuplah sudah kita bergulat dengan pembahasan tentang hukum memakai jilbab. Pembahasan beserta kriterianya sudah termaktub dengan jelas dalam lembaran Al Qur'anul Kariim. Jilbab itu pilihan. Ya, pilihan untuk semakin mendekatkan diri dan meraih ridho-Nya.

Jilbab Identitas Muslimah

Allah SWT berfirman: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Sejak awal, jilbab merupakan identitas yang membedakan muslimah dari golongan lain. Tafsir dari As Sudi rahimahullah menerangkan bahwa, “Dahulu orang-orang fasik di Madinah biasa keluar di waktu malam ketika malam begitu gelap di jalan-jalan Madinah. Mereka ingin menghadang para wanita. Dahulu orang-orang miskin dari penduduk Madinah mengalami kesusahan. Jika malam tiba para wanita (yang susah tadi) keluar ke jalan-jalan untuk memenuhi hajat mereka. Para orang fasik sangat ingin menggoda para wanita tadi. Ketika mereka melihat para wanita yang mengenakan jilbab, mereka katakan, “Ini adalah wanita merdeka. Jangan sampai menggagunya.” Namun ketika mereka melihat para wanita yang tidak berjilbab, mereka katakan, “Ini adalah budak wanita. Mari kita menghadangnya ”.
Sebagai identitas, kita dapat membedakan apakah seorang wanita itu muslimah atau bukan. Bahkan, apakah wanita tersebut berakhlak baik atau tidak juga dapat dilihat dari jilbabnya. Menariknya, hal ini juga dibenarkan oleh umat muslim dan tokoh agama lain. Rowan Williams, seorang mantan Uskup Canterburry, memberikan komentar yang dikutip oleh onislam.net (3/4/12) "Jilbab itu merupakan bentuk penegasan identitas seseorang akan keyakinan yang dianut,".
Jika orang non-muslim pun memahami peran jilbab sebagai identitas muslimah, ironis jika banyak muslimah yang tidak bangga akan jilbabnya. Apakah model pakaian terbaru, gaya rambut termodis dan keinginan untuk tampil menarik lebih mulia dari kenikmatan di akhirat kelak?
Referensi: 
Tafsir Al Qur’an Al ’Azhim
http://muslim.or.id/manhaj/kata-jil-jilbab-bukan-kewajiban-namun-pilihan-2.html, diakses 11 Februari 2013 
(ed. js.ugm.ac.id)

Sabtu, 06 April 2013

#3 Gerakan 5000 untuk Mushallah

Assalamu'alaikum....
Semoga Baik kabar dari saudara dan saudari ku yang beriman. Kita dari Pos UKMI Peduli Ummat (PUPU) dan Panitia Penggalangan Infaq MUshallah MIPA menggelar (Penggalangan Infaq Renovasi Mushallah) PIRM 2013.. bagi teman- teman, alumni, masyarakat dan siapa saja yang mau memiliki jalan kebaikan dalam menempuh kehidupan Alam barzah da 3 jenis pahala yang tidak pernah berhenti walau kita sudah di alam ke empat tu... Shadaqah Jarriyah.. ayo menabung untuk akhirat... jangan ditahan- tahan :)
Infaq/ sedeqah kamu bisa :

1. Diantar langsung ke Sekretariat Pos UKMI Peduli Ummat (PUPU)
              Mushallah FMIPA USU, Jl. Bioteknologi no. 1 Kampus FMIPA USU
2. Atau bisa juga dikirim transfer via Bank :
              0222341167 a.n. ARDIANSYAH

Contact: Ardiansyah        085762402421

*Bila sudah ditransfer mohon segera konfirm ya .... :)

"Dari Kita, Oleh kita, Untuk kita, Bagi Ummat"
#KaReNa KiTa KeLuArGa

#12 Pojok Hadits: Makan dan Minum Berdiri




Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Adi dari Sa’id bin Arubah dari Qatadah dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang seseorang minum dalam keadaan berdiri. Kemudian ditanyakan kepada beliau, “Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab: “Terlebih lagi dalam makan.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih. (H.R. TIRMIDZI – 1800)

Abu Haurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :
“Janganlah seorang diantara kalian minum sambil berdiri. Barangsiapa yang lupa hal itu, hendaklah ia memuntahkannya.” (HR. Muslim)


Kandungan Hadits:
Dalam hadits ini kita dilarang untuk makan dan minum dalam keadaan berdiri. Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani menjelaskan bahwa minum dan makan sambil duduk lebih menyehatkan, aman, enak, dan menjaga kehormatan. Sebab, apa yang dimakan dan diminum sambil duduk akan melewati dinding perut dengan pelan dan lembut. Sedangkan, minum sambil berdiri menyebabkan jatuhnya air ke dasar perut dengan keras dan menghantamnya. Jika hal ini terjadi secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan perut menjadi longgar dan lemah. Selanjutnya, perut akan sulit mencerna. 

Dr. Ibrahim Ar-Rawi menyatakan bahwa manusia ketika berdiri dalam keadaan tertekan dan alat penyeimbang dalam syarafnya dalam keadaan sangat aktif. Sehingga, ia melakukan kontrol penuh terhadap seluruh otot tubuh untuk melakukan keseimbangan dan berdiri tegak. Hal itu membuat manusia tidak mampu mendapat ketenangan dari organ tubuh yang berfungsi untuk aktifitas makan dan minum. Ketenangan ini hanya diraih manusia saat dalam kondisi duduk. Sebab, sejumlah otot dan syaraf dalam keadaan tenang dan santai, pancaindra normal, serta respon sistem pencernaan terhadap makanan dan minuman juga semakin baik.

Tuh jadi tahu kan alasannya kenapa tidak dianjurkan untuk makan dan minum sambil berdiri? ;)

^_^


Semangat Karena Allah... :)


                                           #KaReNa KiTa KeLuArGa

Jumat, 05 April 2013

#11 Pojok Hadits: Menahan Marah


Kumpulan Hadits Bukhari-Muslim: "Sikap Seorang Muslim"


"Seorang Muslim saudara bagi Muslim lainnya-ia tidak akan menyakiti dan tidak pula membiarkan disakiti orang lain. Siapa saja yang membantu kebutuhan saudaranya, Allah Swt. akan memenuhi kebutuhannya. Dan siapa saja yang melapangkan kesulitan seorang muslim, Allah Swt. akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutup aurat seorang Muslim, Allah akan menutup auratnya pada hari kiamat"
(Bukhari-Muslim)

Kandungan Hadits:
Muslim itu bersaudara. Ia tidak menyakiti dan tidak pulamembiarkan saudaranya disakiti. Bahkan, ia menolong dan membelanya. Ketika seorang Muslim mampu melindungi dan membantu saudaranya, Allah Swt. menjamin akan menghilangkan kesulitannya. Bila seorang Muslim mampu menjaga aib saudaranya, Allah Swt. akan menutup aibnya pada hari kiamat kelak.

^_^
Semangat Karena Allah... :)

                                           #KaReNa KiTa KeLuArGa

Selasa, 02 April 2013

Pacaran Islami... Adakah???



Dalam Islam memang tidak dikenal proses pacaran seperti apa yang dipahami kebanyakan remaja islam sekarang. Proses pacaran seringkali lebih banyak membawa mudharat daripada manfaat, bahkan seringkali membawa kepada perbuatan yang dilarang dalam agama,. Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.

Semua bentuk aktifitas itu cenderung bukanlah sebuah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

Pacaran Bukanlah Penjajakan/Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajagan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,"Wanita itu dinikahi karena 4 hal: [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat." (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa' fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha' Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain empat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta'aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Etika Ta'aruf
Dalam melakukan penjajagan yang syar`i, ada beberapa ketentuan yang
harus dipatuhi antara lain:

Tidak Berduaan (Khalwat)
Khalwat adalah bersendirian dengan seorang perempuan lain (ajnabiyah).
Yang dimaksud perempuan lain, yaitu: bukan isteri, bukan salah satu
kerabat yang haram dikawin untuk selama-lamanya, seperti ibu, saudara,
bibi dan sebagainya.

Ini bukan berarti menghilangkan kepercayaan kedua belah pihak atau salah satunya, tetapi demi menjaga kedua insan tersebut dari perasaan-perasaan yang tidak baik yang biasa bergelora dalam hati ketika bertemunya dua jenis itu, tanpa ada orang ketiganya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda sebagai berikut:

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad)

"Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu menyendiri dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya."

Tidak Melihat Jenis Lain dengan Bersyahwat

Di antara sesuatu yang diharamkan Islam dalam hubungannya dengan masalah gharizah, yaitu pandangan seorang laki-laki kepada perempuan dan seorang perempuan memandang laki-laki. Mata adalah kuncinya hati, dan pandangan adalah jalan yang membawa fitnah dan sampai kepada perbuatan zina.

Katakanlah kepada orang-orang mu'min laki-laki, "Hendaklah mereka itu
menundukkan sebagian pandangannya dan menjaga kemaluannya" (an-Nur: 30-31)

Menundukkan Pandangan

Yang dimaksud menundukkan pandangan itu bukan berarti memejamkan mata dan menundukkan kepala ke tanah. Bukan ini yang dimaksud dan ini satu hal yang tidak mungkin. Hal ini sama dengan menundukkan suara seperti yang disebutkan dalam al-Quran dan tundukkanlah sebagian suaramu (Luqman: 19).

Di sini tidak berarti kita harus membungkam mulut sehingga tidak berbicara. Tetapi apa yang dimaksud menundukkan pandangan, yaitu: menjaga pandangan, tidak dilepaskan begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan perempuan-perempuan atau laki-laki yang beraksi.

Pandangan yang terpelihara, apabila memandang kepada jenis lain tidak mengamat-amati kecantikannya dan tidak lama menoleh kepadanya serta tidak melekatkan pandangannya kepada yang dilihatnya itu.

Oleh karena itu pesan Rasulullah kepada Ali r.a:

"Hai Ali! Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan
lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun yang
berikutnya tidak boleh." (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tarmizi)

Rasulullah s.a.w. menganggap pandangan liar dan menjurus kepada lain jenis, sebagai suatu perbuatan zina mata. Sabda beliau: "Dua mata itu bisa berzina, dan zinanya ialah melihat." (Riwayat Bukhari)

Hindari Berhias Yang Berlebihan (Tabarruj)
Tabarruj ini mempunyai bentuk dan corak yang bermacam-macam yang sudah dikenal oleh orang-orang banyak sejak zaman dahulu sampai sekarang. Ahli-ahli tafsir dalam menafsirkan ayat yang mengatakan:

"Dan tinggallah kamu (hai isteri-isteri Nabi) di rumah-rumah kamu dan jangan kamu menampak-nampakkan perhiasanmu seperti orang jahiliah dahulu." (QS Ahzab: 33)

Dalam Teknisnya, tidak harus selalu dengan langkah formal, resmi atau rotokoler. Bisa juga dengan cara yang tersamar yang tidak bisa dengan mudah ditafsirkan dengan mudah oleh pihak wanita sebagai bentuk penjajagan. Sebab bila sejak awal seorang wanita sadar bahwa dirinya sedang dijajagi, bisa jadi dia malah nervous, salah tingkah atau mungkin malah bertindak yang tidak-tidak. Maka bisa saja dilakukan secara pergaulan yang alami dan normal.

Selain itu bisa juga menggunakan utusan orang yang bisa dipercaya. Dan yang lebih utama adalah utusan yang berfungsi sekaligus sebagai konselor dalam urusan pernikahan. Sosoknya adalah orang yang sudah berpengalaman mendalam dalam urusan keluarga, sehingga apa yang diinformasikannya bukan semta-mata bahan mentah, melainkan dilengkapi dengan analisa yang sudah siap dijadikan bahan pertimbangan oleh anda.

Jadi, sekali lagi tidak ada PDKT yang islami terlebih pacaran yang Islami, untuk itu menjaga kesucian diri dengan segera menikah, tetapi apakah kita tidak boleh menyintai? Boleh-boleh saja karena cinta tidak bisa di larang datangnya di hati kita dan yan terpenting adalah mengelola hati agar cinta itu tidak ternoda dengan pacaran, Okey.....lalu bagaimana jika ada Myqers yang berta'aruf langsung via chat, Pripat Message, atau Email untuk menjalin hubungan serius? Nah inilah yang sekarang sedang marak di myquran.org.semoga ALLAH memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin

oleh : Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)
                                              #KaReNa KiTa KeLuArGa

#10 Pojok Hadits: "Kejujuran dan Kebohongan"


Kumpulan Hadits Bukhari-Muslim: "Kejujuran dan Kebohongan"

"Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kebaikan, kebaikan akan menuntun pada surga. Seorang berlaku jujur sehingga dicatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Adapun dusta menuntun pada kejahatan, kejahatan itu akan menuntun pada neraka. Bila seorang berdusta, Allah Swt. akan mencatat orang itu sebagai pendusta"
(Bukhari-Muslim)

Kandungan Hadits:
Jujurlah dalam hidup! Hindari dusta! Kejujuran akan mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan. Dusta akan mendatangkan keburukan dan kesengsaraan.

^_^
Semangat Karena Allah... :)

                                          #KaReNa KiTa KeLuArGa

#9 Pojok Hadits: "Budi Pekerti"


Kumpulan Hadits Bukhari-Muslim: "Budi Pekerti"

"Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik budi pekertinya."
(Bukhari-Muslim)

Kandungan Hadits:
Rasullullah Saw. memberikan teladan kepada kita agar menjadi manusia yang berakhlak baik. Orang yang akhlaknya baik akan disukai manusia dn disenangi Allah

^_^
Semangat Karena Allah... :)

                                                         #KaReNa KiTa KeLuArGa

Senin, 01 April 2013

#8 Pojok Hadits: "Hak Muslim kepada Muslim Lain"


Kumpulan Hadits Bukhari-Muslim: "Hak Muslim kepada Muslim Lain"

"Ada lima kewajiban sesama Muslim, yaitu menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah,  menghadiri undangan dan mendoakan yang bersin"
(Bukhari-Muslim)

Kandungan Hadits:
Seorang Muslim dengan Muslim lainnya, memiliki lima kewajiban:
1. Selalu menjawab salam
2. Menjenguk dia bila sakit
3. Mengantarkan jenazahnya
4. Menghadiri undangannya
5. Mendoakannya bila dia bersin

^_^
Semangat Karena Allah... :)

                                           #KaReNa KiTa KeLuArGa